CAP PADA HATI 2

Cap Pada Hati 2



Kalau diperhatikan akhir-akhir ini, banyak ajaran yang bermunculan. Nampaknya seperti kebenaran, padahal itu adalah pengajaran nabi-nabi palsu. Pengajaran ini sangat bertentangan dengan Injil. Banyak orang kristen yang terserongkan karena tidak pernah belajar injil dengan benar.
Salah satu pengajarannya adalah tak sungguh-sungguh membedah Alkitab untuk memahami isinya, nabi2 palsu juga biasanya senang "dikhususkan"/"dikulturkan", misalnya spesial pelepasan, dll. Persoalan keselamatan, sorga, dll, seakan-akan adalah persoalan sepele bagi mereka, bahkan cenderung tak penting. Mereka lebih mementingkan kotbah mengenai kekayaan, kemakmuran dan cenderung mengabaikan keselamatan, bayar harga, dll.
 Keluar dari pemikiran seperti ini, sahabat, kekristenan tentu tak sederhana seperti itu. Kemakmuran memang penting, tanpa mengabaikan keselamatan. Seharusnya seperti inilah "cap"/stempel kebenaran firman Tuhan, yang menggores dalam hati kita. Inilah tanda sebagai orang kupunyaan Tuhan, sebagaimana yg pernah kita bahas beberapa hari lalu.
 Firman Tuhan dalam 1 Timotius 4:1-2 (TB) berkata, "Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka."
 Jika tak ada cap kebenaran dalam hati kita, maka tinggal satu cap lagi yang mungkin, yaitu cap dunia. Untuk dapat mengatasinya, seseorang harus mendengarkan kebenaran firman Tuhan yang murni. Jika kita mendengarkan kebenaran firman Tuhan yg murni dan bersedia diubahkan sesuai kebenaran itu, maka Tuhan akan men-"cap"-kan kebenaran itu dalam hatinya. Tentu cap ini tak sekejap, tapi sebuah proses panjang. Orang yg demikian, ekspresi dan pandangan kehidupannya adalah ekspresi dan pandangan anak Allah yang berorientasi Kerajaan.GBU

Dapatkan berkatNya dalam renungan lainnya, dalam www.james-edy.blogspot.co.id


Pdm. YES-Oisu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUMAH KOSONG

KETERBUKAAN ROHANI

TIKUS RAKUS